Sabtu, 19 Juni 2010

Carik-carik Kembara

Karya : D. Dudu AR

Menggunting carik-carik tanya, lalu dijadikan sebuah peta untuk melucuti sebab engkau lenyap, semata-mata kugunakan sebagai petunjuk saja. Karena, jejak yang belum pernah kujamah di lanskap hatimu menjadikan kembara sebagai pilihan.
Sejenak ke ruang yang menaburkan kenangan, melepas rindu ke relung engkau. Semoga makna masih bersemayam, yang dulu sempat mengendap semasa kita sebagai malam dan bulan.

Jiwa lejar ke lengkung langit jelita seperti engkau. Sayang sekali, kelun siluet di rumpang malam indah adalah rupamu yang kurindu.
Terbiasa tumbuh-kembang di bumi sepi, menjadikan kembang seperti bunga gagap diantara rekah taman rindang. Lalu, senyap di antara langit dan tanah mayur, mendewasakan naluri selayak seniman sejati memagari hidup dengan intuisi. Sajaklah sejatinya!

Sementara, degung yang ditabuh para malaikatmalaikat kecil, menjadi suguhan pelataran keraton yang membawa rasa ke beberapa abad silam. Seperti di kerajaan, menjadi tamu istimewa yang sedianya menikmati hidangan bersahaja; larung di serambi penghibur kedamaian.

Tuhan, sebuah kepastian bahwa engkau mendengar rayuan hamba semacamku. Masa ini, Engkau beri teka-teki yang bisa dijawab dengan kesabaran. Aku hanya meminta, sebuah sampan yang menghilirkan tujuku ke muara pencarian. Itu saja.
Gigil mulai gerayangi mata, mengatup, lelah dan rebah. Bersamaan perangai malam yang terlalu indah, sejenak ke tebing tinggi, jatuhkan jiwa dari labirin goa raga ke arasy sebagai tempatnya.

Dan, masih di tempat yang sama, aku regangkan sisa sebotol nafas untuk kembali mengembara. Seperti biasa, menuju selasar keabadian yang masih kuraba.
Cirebon, 19 Juni 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar