Karya : D. Dudu AR
Tangan beralas melas, lalu, bibir menggigil seperti perut yang komat-kamit
Harapan adalah uang lima ribu rupiah disetiap malam
Dan itu, hampir membunuh tegar
: tanpa jeda meminta-minta
Lapar adalah mantra mujarab ketika dompet tuan menikam mata
Menarik jiwa persis lembar berharga menjadi tumpuan hembusan nafas
Wajah mungil yang seharusnya menyanyikan lagu anak-anak
Terpaksa menampar hak yang tak pernah didapat seperti putera-puteri juragan.
Sabar adalah makanan setiap kidung kegetiran
Usaha adalah belas kasihan
Do'a adalah mortir yang hampir mengarat di langit putus asa
Siapa dia?
"Aku pengemis kecil yang setiap malam menghampiri selasar pualam megah",
Hanya itu yang bisa dikatakan.
"Aku akan pulang, jika nasi bungkus bisa kupersembahkan buat ibu yang sedang sekarat",
Dan itu yang bisa dilakukan.
"Ibu, sebentar lagi memintaku mengaji yaasiin, jika tanganku tak membawa secarik kertas yang ada pada genggaman tuan", terpaksa mukanya ditengadahkan
"Terimakasih dermawan, jangan lekas marah jika nanti aku kembali seperti malam ini"
Sambil menenteng kardus lapuk berisi lauk busuk.
2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar