Karya : D. Dudu AR
#1
Sekelebat semburat makna di ranting malam
menegaskan gumpalan putih-hitam merupa siluet awan
menghidangkan kenangan menunggangi renungan
hembusannya menampar paras kerut, menelusup ke jantung,
sejalan gurat kembara merupa terakota di ceruk jejak
Di lengkung langit, biru merayu kalbu, mengulur
langkah ke lanskap jiwa, memagut tenung
kepada Dia dan benih yang masih bersemayam
di kandung perempuan kota laut utara; cirebon.
Sejenak, bertanya kepada bumi yang hampir musnah
”Adakah taman untuk anakanakku nanti? Sebagai tempat bersenda ceria
Bersama keluarga kecil kami?” Dan matahari memancar ke perut tegun,
gerogoti otak, lalu vertigo, kadang schizophrenia
memintal teguh kepada pucuk kepasrahan semesta
: dunia bukan tempat damai lagi untuk disinggahi
Namun, jarum jam selaras degup jantung
meremas jiwa bila tak mampu menjelujur masa lalu
membentuk jaringjaring masa depan yang mapan
hingga sejahteralah pikir dari selibut kengerian zaman
#2
Getir yang sempat memunggungi temaram
tak lagi menampakkan buncah, acapkali mata rembulan mengerling
kepada selibut malam
Dia anugerahi diri, atas senyap nikmat dari bingar umpatan alam
Saban serpihan langit merinai di kerontang jiwa
mengajak merintih setiap lengkung menekuk
ke buihbuih kelenyapan dari rembulan ke matahari
#3
Pasti ada Tuhan dalam sajakku
penggenggam katakata rindu dan pilu
terukir disetiap semburat tinta
menciprat cerita romansa hingga binasa
Pasti ada Tuhan dalam sajakku
membawa diri ke lautan hindi
hingga bertepi di selasar relung
lalu, deburkan ombak renung kata
berbuih, merenyuh, mengkristal ke langit
Pasti ada Tuhan dalam sajakku
karena, semua siratan makna
kutemukan selepas nakhkodai bahtera
dari samudera jiwa
Pasti ada Tuhan dalam sajakku
Karena aku, lumbung renung
Tasikmalaya, 06 Juni 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar