Rabu, 09 Juni 2010

Lejar Ke Telaga Gelisah

Karya : Dudu AR

Di atas sampan yang tidak melaju sama sekali, kita menenggak secawan masa lalu, persis rinai langit berkecipak dengan sendu. Kemudian, kita mengayuh cerita, kadang berhenti di telaga, lalu labuhkan selibut hati ke limbung masing-masing, semata hanya untuk sepakati tanah pijakan terakhir kali adalah janji sehidup semati.

Sekali waktu aku berbincang denganmu di selasar redup. Engkau meracau seperti burung perkutut di pagi hari. Lalu, kau urai mata air sepi di setiap malam mencumbu temaram hingga remah. "Aku tak sanggup senyap di antara dinding basah, tanpamu", kemudian kau lenyap tanpa jejak.

Entah sebuah isyarat atau serupa bunga mimpi, kau mendadak bercumbu dengan malaikat. Dengan mesra mengecup semburat yang kadangkadang menyilau hingga aku pun lejar ke selasar sadar.

Apakah engkau tak percaya? Apakah engkau ragu? Atas semua janjijanji yang kusiratkan merupa bintang dan sempurna bulan di setiap malam. Mungkin, kau pun tak pernah merasa damai, ketika pelukku hangat di setiap kejora meyalamimu.

Ah, aku semakin meracau, tak bisa kendalikan birahi tanya. Janganlah engkau pergi, sebelum Dia mengutus Izroil yang patuh. Sebab, matahari ataupun purnama akan redup di taman hati, ketika sisa kembara tanpa semerbak melati setiap pagi, tak menghiasi kabut jua embun yang perawan di tubuh gelisah ini.

Tasikmalaya, 09 Juni 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar