Senin, 23 Agustus 2010

Sajak-sajak Endapan

Ramadhan 1431 H

Kabar nyawa berjatuhan seperti bunga di musim gugur

menjadi hiasan penyambutan kedatanganmu yang ditunggu-tunggu

oleh para pecinta bulan dari segala purnama

: gas yang sejatinya menjadi pengganti suluh dan minyak

menjadi labirin api sebelum buka dan imsak

2010

Nuzulul Qur'an

Rinai langit di pertigaan malam

menjadi rebutan para musafir dahaga ataskesucian ayat

yang dihantar sayap-sayap malaikat

di saung ataupun di mesjid mewah

mulut-mulut pecandu rum menjadi basah

berkeringat menanti anugerah, lalu menari sufi berjama'ah

demi terpilih menjadi manusia berkah pada ritus lailatul qadar

2010

Ceruk

adalah tempat persemayaman

pada saat jiwa luruh dan jatuh

dari ranting keyakinan yang rapuh

sejenak rebah di selasar tamannya yang lindap

untuk benamkan urat pada mawar, agar tumbuh danrekah

menjadi bunga yang kembali wangi di hadapan Ilahi

2010

Sebuah Nama

Tenggelam

di telaga makna

berkecipak hingga larut ke dalam hayat

semata-mata mencari sebuah ayat

yang masih bersemayam pada pusaran malam

2010

Seperti Bulan

Jangan bawa semburat ke tebing malam yang tinggi

simpan di selasar mata saja, agar engkau nampak seperti bulan!

2010

Kepada Pengantin

Sekiranya langit yang bertaburan bintang adalah hiasan malam

Semoga menjadi lukisan abadi disetiap dinding bahtera yang membawa harapan

Ke dermaga Tuhan

2010

Melatimu

: Kang Ibing

Setidaknya pada detik-detik terakhir sebelum kembali

ayat-ayat Tuhan telah engkau lejarkan ke penjuru pasundan

semoga tumbuh menjadi melati yang semerbak di ceruk sepi

biarkan menjalar dari rumah abadi hingga ke arasy

agar semburatputihnya menjadi teman hingga engkau tenang

2010

Senin, 02 Agustus 2010

Perempuan Bromo 1


Karya : D. Dudu AR

: Priska Pramudita

mengalir seperti sungai yang tak mengenal pasang-surut
menghilir tanpa sendat disetiap lekuk arah, hanya untuk sekedar
antarkan ranting, daun, ataupun secarik kertas ke muara selibut pada malam

deburan jantung mendadak riakkan dada karena lengkung sambit berpendar
di rinai langit, lalu berkecipak di linang mata, menyembur hingga berjatuhan
ke setiap gelimangan tanya

adalah pintal rayuan kepada Tuhan yang sama di surau yang berbeda
diantara lindai dan bibir pantai. Kemudian ramuan kata berhamburan
di biru langit, lalu melesat seperti pijar dan bersemayam seperti bintang
bergelayutan selayak anak-anak bahagia.

: berawal pesan kematian saudara, lalu menjalar seperti akar yang mengurat
pada tubuh kita, untuk merangkai mawar malam menjadi gantungan menur
disetiap sambit yang sempurna.

2010