Rabu, 26 Januari 2011

Di mana lagi?

Karya : D. Dudu AR

Ketika tubuh membara pada saat sisa uang hasil jerih payah sebuah pengabdian
tidak cukup untuk sekedar mengobati luka yang semakin genting
para parlente berfoya-foya dengan darah dan keringat jelata
sementara matapencaharian panas dingin melanda setiap musim
di mana lagi muara keadilan?

Tasikmalaya, 2010

Buaya di Danau Keruh

Karya : D. Dudu AR

Tikus yang dimainkan raja hutan adalah kamu, Yus!
sebab belantara yang selama ini perawan
kau pecahkan selaputnya hingga para punggawa terbangun
sebab pemerkosaanmu dilakukan ketika mereka lelap tertidur
di akar-akar pohon yang rimbun
maka tak heran sekarang kamu dijadikan umpan buaya di danau keruh

Tasikmalaya, 2011

Mereka di Televisi

Karya : D. Dudu AR

Tahun ke tahun rupanya langit semakin muram durja
bukannya biru malah lebam dihempas retorika dan drama
di televisi bukan lagi sarana yang bisa mendidik anak-anak
kekisruhan negeri menjadi sinetron panjang setiap episode-episodenya
bapak-bapak yang sedang berdiskusi basa-basi di ball room mewah
adalah anekdot yang sering mereka buat untuk sekedar mengalihkan mata rakyat
pada sebuah hakikat.

Tasikmalaya, 2011

Rabu, 05 Januari 2011

Aku dan Puisi

Karya : D. Dudu AR

Aku dan puisi seperti mulut dan hati

Aku dan puisi luruh ketika menjadi surat untuk kekasih

Aku dan puisi adalah malam sunah suami-isteri

Aku dan puisi semenjak ruh dan tubuh ditiupkan Ilahi

Sebab aku adalah kertas kosong yang dimuncratkan tinta puisi

Sepanjang udara sebagai nafas pena diri

2010

Sajakku

Karya : D. Dudu AR

Sajakku adalah riwayat tentang peristiwa yang memabukkan

hingga termaktub dalam kata-kata sebagai simpanan di masa tua

dan bekal anak serta cucu-cicit dalam keteladanan makna

yang menjadi hikayat ketika mereka baca. Semoga.

2010

Euforia

Karya : D. Dudu AR

Pendaran obor sepanjang gang gelap setiap menelusuri kampung-kampung

adalah pesta malam yang basah dengan tasbih

dari mulut-mulut mungil waktu itu,

kemudian gemuruh yang meletup-letup memuja keagungan

dari lubuk paling suci

ritus malam-malammu kini menjadi artefak

yang lebih mengumandangkan simbol-simbol

ketimbang kelakuan pengikut setia para penerima wahyu

panggung-panggung megah yang diisi penceramah tentang hakikat dan syari’at

(disertai artis-artis yang dibalut kain hitam namun menyumbat bara para lelaki bujang

termasuk yang memiliki isteri dua pun, masih tergoda) menjadi sejenis konser musik

yang ditonton penikmat fanatik. Sementara kitab-kitab suci yang baru dan lapuk masih tertutup

di dinding kamar atau tumpukan-tumpukan buku; malah dijadikan hiasan untuk para tamu

tentangmu adalah kesenduan yang menjadi riwayat para pecinta keluarga nabi

tentangmu adalah mengosongkan perut untuk sekedar menyucikan diri atau menginginkan sesuatu

agar hidup lebih berkah atau bersyukur untuk mengharapkan sesuatu ; dan selalu meminta-minta

seperti pengemis sepanjang usia, padahal tidak ada satu nyawa pun yang dibiarkan merana olehNya

ayat-ayat telah diperjualbelikan demi menghidupi keluarga atau saudara

surat-surat telah diperdebatkan untuk sekedar memperebutkan tempat duduk

selayak tropi kejuaraan.

hujan tidak lagi hangat berdiskusi dengan musim

sebab ketidaksepahaman adalah tabiat cuaca sekarang

maka racauan alam yang semakin gila adalah menur yang menyambut

kedatangan hijriyah-hijriyah anyar

: selamat datang muharam.

2010