Rabu, 22 September 2010

Padahal Engkau Sempurna Bulan

Karya : D. Dudu AR


Masih kusaksikan tawar-menawar harga nyawa seperti di pasar

ada yang harganya seperti cabai ataupun daging gelondongan

masih kusaksikan tubuh-tubuh mutilasi pada cawan bulan suci

ada yang tanpa kepala, kaki, tangan, hati, ginjal, dan dicincang tanpa basa-basi


Ceramah saban pagi hingga kultum sebelum magrib di televisi

belum mampu melerai hawa nafsu para pemulung harta yang parlente

nadoman-nadoman para mua’dzin dari balik toa seolah-olah jeda saja

untuk menghentikan kelalaian, sementara para pecinta musik dangdut, jazz, blues ataupun lagu presiden yang fanatik, terbuai di angan dan khayal


Pantas saja engkau pergi seperti kilat pada musim hujan

meninggalkan jiwa-jiwa keropos yang menampik kebenaran

pada langit-langit selaras malam. Padahal engkau sempurna bulan!

: wahai bulan paling purnama di lejar hijriyah, engkau terlau cepat menghilang

meninggalkan resah ketika rindu mendekapmu adalah siluet malam

gemulaimu belum puas kunikmati sampai keringatku merembes pada daun kesetiaan kepada Tuhan


2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar