Karya : D. Dudu AR
Pada kantung mata yang cembung, apakah pandangan menjadi rabun ?
Di sini, di kolong jembatan bayi-bayi lahir dari perut kempes
Hembuskan nafas pertama dengan menghisap asap pekat knalpot
Kemudian merembes pada palung dadanya yang tuberculosis
Di sini, di pinggiran kota para jelata menyucikan tubuhnya
Dengan air comberan yang membaur dengan sisa kotoran
Dari perut-perut buncit yang sehat
Sementara mereka memungut sampah dari kali-kali
Sebagai makanan sehari-hari
Di sini, di gubuk-gubuk yang berdinding kardus dan beratap langit
Tubuh-tubuh pasi menggigil mengharapkan selimut hangat yang
Berasal dari wol keadilan, namun penantian itu tak kunjung datang
Hingga sekarat adalah jawaban
Di sini, di rimba hutan yang masih perawan
Sebentar lagi menjadi rebutan mata keranjang para kolega
Hingga diperkosa berkali-kali, dan ditinggalkan setelah kepuasan hegemoni terpenuhi
Di sini, di tanah yang katanya bambu saja bisa tumbuh
Para pencari nafkah selalu menemui jalan buntu
Untuk menghidupi keluarganya yang menanti sampai mati
2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar