Rabu, 22 September 2010

Surat Buat Penggawa

Karya : D. Dudu AR


Pada kantung mata yang cembung, apakah pandangan menjadi rabun ?


Di sini, di kolong jembatan bayi-bayi lahir dari perut kempes

Hembuskan nafas pertama dengan menghisap asap pekat knalpot

Kemudian merembes pada palung dadanya yang tuberculosis


Di sini, di pinggiran kota para jelata menyucikan tubuhnya

Dengan air comberan yang membaur dengan sisa kotoran

Dari perut-perut buncit yang sehat

Sementara mereka memungut sampah dari kali-kali

Sebagai makanan sehari-hari


Di sini, di gubuk-gubuk yang berdinding kardus dan beratap langit

Tubuh-tubuh pasi menggigil mengharapkan selimut hangat yang

Berasal dari wol keadilan, namun penantian itu tak kunjung datang

Hingga sekarat adalah jawaban


Di sini, di rimba hutan yang masih perawan

Sebentar lagi menjadi rebutan mata keranjang para kolega

Hingga diperkosa berkali-kali, dan ditinggalkan setelah kepuasan hegemoni terpenuhi

Di sini, di tanah yang katanya bambu saja bisa tumbuh

Para pencari nafkah selalu menemui jalan buntu

Untuk menghidupi keluarganya yang menanti sampai mati


2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar