Karya : D. Dudu AR
Pendaran obor sepanjang gang gelap setiap menelusuri kampung-kampung
adalah pesta malam yang basah dengan tasbih
dari mulut-mulut mungil waktu itu,
kemudian gemuruh yang meletup-letup memuja keagungan
dari lubuk paling suci
ritus malam-malammu kini menjadi artefak
yang lebih mengumandangkan simbol-simbol
ketimbang kelakuan pengikut setia para penerima wahyu
panggung-panggung megah yang diisi penceramah tentang hakikat dan syari’at
(disertai artis-artis yang dibalut kain hitam namun menyumbat bara para lelaki bujang
termasuk yang memiliki isteri dua pun, masih tergoda) menjadi sejenis konser musik
yang ditonton penikmat fanatik. Sementara kitab-kitab suci yang baru dan lapuk masih tertutup
di dinding kamar atau tumpukan-tumpukan buku; malah dijadikan hiasan untuk para tamu
tentangmu adalah kesenduan yang menjadi riwayat para pecinta keluarga nabi
tentangmu adalah mengosongkan perut untuk sekedar menyucikan diri atau menginginkan sesuatu
agar hidup lebih berkah atau bersyukur untuk mengharapkan sesuatu ; dan selalu meminta-minta
seperti pengemis sepanjang usia, padahal tidak ada satu nyawa pun yang dibiarkan merana olehNya
ayat-ayat telah diperjualbelikan demi menghidupi keluarga atau saudara
surat-surat telah diperdebatkan untuk sekedar memperebutkan tempat duduk
selayak tropi kejuaraan.
hujan tidak lagi hangat berdiskusi dengan musim
sebab ketidaksepahaman adalah tabiat cuaca sekarang
maka racauan alam yang semakin gila adalah menur yang menyambut
kedatangan hijriyah-hijriyah anyar
: selamat datang muharam.
2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar