Jumat, 16 April 2010

RUMBAI MALAM BERDESAH

SAJAK RUMBAI MALAM BERDESAH

Karya : D. Dudu A. R.


Sebelum Isya kulalui, aku robek secarik gelisah

Kemudian kutulis hujam belatimu di lembar dadaku


Carut yang kau lukis di bilik hati

Merambah penyangga luka menganga di kemudian hari

Bagaimana tidak, ketika kuanyam malam dengan sembilu kalbu

Dan menjadi selaras perangai baiduri, ” Aku ingin menjamah hasrat di setiap pori keringat buncah mendesah”, pintaku.


--sontak , ludah pasi menyembur dari lidah binalmu

Sulamansulaman yang membentuk motif binar pun merupa marut

Dalam selimut cumbu rebah tubuh.

Kau jegal nafas yang menjalar di semilir angin pilu


Bukankah kau sudah kuijab di depan penghulu?

Dan pengabulan telapaktelapak surgamu juga telah menjadi halalku atas dirimu

Keringat didih di tungku bara matahari, menghilir di setiap pori

Menuju rupamu yang persis makara birahi. Takutkah kepada zaqqum

Yang melecut atas enggan (bantah) di hampir sempurna bulan kali ini?


Mentolo, kau gubah selaras malam merupa rinai keheningan di setiap sudut mata

Merintik di tanah liat hingga jiwa meleleh membentuk menhir di setiap temaram

Malam. Padahal telah kuhiasi kelambu merah dengan mawarmawar dari timur

Namun, kelopaknya mewujud terakota di pucukpucuk siluet angan malam


Aku lebur di kesenyapan

Aku menur di luka kenangan

Rampaklah jangkrikjangkrik mengejek dengan nyanyian sumbang

Aku dirajam kegamangan hingga membentuk relief hati sampai kini.


: Kau tolak rayuku di malam jum’at.


Tasikmalaya, 12-04-2010



Sepekan di pesanggrahan

Karya : D. Dudu A. R.


Semantung yang riuh dalam kalbu sanggraloka

Selepas landas kemudi kendara di pagi buta

Aku melangkah tanpa curiga; celakaku terpelanting ke suri


Tak ada satu pun yang menjamah pikiran, selain uraturat kejang, tulang remuk

Dan rintih meradang. Lalu lalang pejalan merupa pertanyaan kabur

Menusuknusuk mata hingga menampar kepala nanar

Semerbak bercak darah, menyembilu kalut

Di saat jiwa kalang kabut.


”Siapa Anda ini?”, gerutu menggerundul di hati

Membuka pintu palung sadrah yang justru membawaku

Ke limbung yang tak pernah kujamah.

Aku melecut ke pembaring pesakitan; lemah.

Bercumbu hening di remang siluet kenyataan

Bergelantungan di antara bumi dan langit


: Aku tak ingat apa-apa.


Tasikmalaya, 13-04-2010



Penyair, kemari!

Karya : D. Dudu A. R.


Manusiamanusia renung kembalilah membawa semburat tabir tenung ke nyataku

Aku rindu racau yang semilir seperti angin, semerbak seperti mawar, dan selentik jemarimu seperi kelopak bunga melentik ke Ilahi. Aku akan selalu di senja sanggraloka, untukmu.


Tasikmalaya, 13-04-2010



Ketika Kidung Malam Bersenandung di jiwa

Karya : D. Dudu A. R.


Di puncak malam, masih tertanam angkuh merengkuh

Aku diam. Nyanyian jangkrik semakin rampak di gendang

Riuh mengebiri gundah tak karuan, di jiwa tuan malam.

Menelorong pagi di selongsong waktu, tubuh remuk melesap

Ke tepian syahdu.


Gemericik rinai menyemai selaras malam

Sayang, tak sesuai hati yang sedang lunglai

Aku diam. Nyanyian jangkrik semakin rampak di gendang

Riuh mengebiri gundah tak karuan, di jiwa tuan malam.


Menyulam batin, mengenang pintal rindu di malam cumbu

Genangan selokan rasa, membuncah ke nadir malam; sayupsayup

Sembilu menyayat rindu. Porak porandalah pesanggrahan biru

Karena parasmu hanyalah relief di gundal kalbu.


Tasikmalaya, 13-04-2010



Surat Bercak Perawan

Karya : D. Dudu A. R.


Buncah pena yang kau bungkus di kertas surat

(saat semburat kilat menampar)

Dadaku menggelepar

Mencengangkan jiwa

Mendeburkan riak air mata


Aku tak sengaja

Ketika ringkik langkah

Di tanah lembek

Di guyur hujan

Selibutku mendadak teriak

Membaca segumpal katakata

Yang gelap


Mataku dijamah angin

Hingga tak sangka

Menela’ah isimu

Dalam kotak tertutup

Sebai menyemai


”Kasih kuakhiri hidup denganmu, karena perawanku telah luput sebelum kau mengenal dalamku. Aku takut, kau kalang kabut”.


Aku limbung, ketika sajaksajak yang terjamah mataku

Sekejap membebaniku seberat bumi kupangku di bahu.

”Aku tak mungkin sekongkol dengan angin, untuk membunuh kekasihmu(sahabatku) dengan kertas yang merupa pedang kilat”.


Aku mengenal cintanya, sejauh langit, untukmu.

Langit akan rubuh, jika –ini menancap di kiri dadanya

Biarlah aibmu melebur menjadi jelaga di tanganku.


Tasikmalaya, 13-04-2010



Kau diantara Tuhan

Karya : D. Dudu A. R.


[1]

Aku garang ketika langit mulai tampak legam.

Aku pun penebar semerbak mawar saat raung himpit mendedak dada

Aku ada ketika rindumu merupa kejora. Ketika kau di timur sana

Aku menjadi sepertiga malam, gerayangi pendar lekuk jelitamu

Aku temani hingga shubuh menari biru. Menyisir pagi hingga

Temaram menyambut benderang, salami fajar di lentera siang.

Selama waktu berlalu, aku akan terus merias sepimu ke aku.


[2]

Aku mengenalmu di temaram langit seperti malam ini

Mengajakmu sibakkan legam awan ke selaras malam

Saat kau di puncak sana, kubiarkan kau larut dalam tarian

Spiral bulan. Aku kembali ke bumi, agar kau menikmati tarian rumi

Agar sadrahmu ke pucuk langit yang tak himpit. Aku biarkan kau jadi peri

Di antara binar bintang. Jika kupandang kerlingan malam, rindumu adalah tatapku.


[3]

Karenamu aku mengenal marah dan kesepian

Karenamu pula aku mabuk menenggak rum

Hingga jantungku berdegup secepat kilat

Aku tak pernah mencintaimu karena dirimu

Aku menjamahmu, karena cintaku kepadaNya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar