Karya : D. Dudu AR
: Fiorenza Fahrasha Jilanzhiya
Anehnya, langit mendadak pekat sembari bermesraan dengan hujan lebat
lalu angin yang tadinya semilir, mabuk hingga kalang kabut
Sebelum pertanda-pertanda itu mengucap salam
pada malam dan siang penantian, langit pucat menjadi naungan
ada apa gerangan? Semburat kilat berguguran mengguyur hawa yang sedang berkelahi dengan darahnya sendiri yang mengalir deras dari pintu rahim lalu meresap ke dinding-dinding batin,
sementara jantung menari-nari seperti gantungan lonceng yang ditebas badai
Seharusnya senja berwarna mawar
Ketika seluruh pelayat sudah malas bertanya
Tentang tangisan langit yang bertubi-tubi
Tenggelamkan harapan pada binar sebelum magrib menjemput lagi
Mungkin tegesa-gesa membawa pulang cahaya dari balik kembang-kembang gelisah
Barangkali ini yang dinamakan jihad seorang perempuan
Ketika berdiskusi dengan jabang, tabung nafas pecah semerawutan
entah kantung apa lagi yang menampung udara
untuk melepaskan nyawa atau selamat sama-sama
2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar