Kamis, 18 November 2010

Penantian 2

Karya : D. Dudu AR

: Fiorenza Fahrasha Jilanzhiya

Anehnya, langit mendadak pekat sembari bermesraan dengan hujan lebat

lalu angin yang tadinya semilir, mabuk hingga kalang kabut

Sebelum pertanda-pertanda itu mengucap salam

pada malam dan siang penantian, langit pucat menjadi naungan

ada apa gerangan? Semburat kilat berguguran mengguyur hawa yang sedang berkelahi dengan darahnya sendiri yang mengalir deras dari pintu rahim lalu meresap ke dinding-dinding batin,

sementara jantung menari-nari seperti gantungan lonceng yang ditebas badai

Seharusnya senja berwarna mawar

Ketika seluruh pelayat sudah malas bertanya

Tentang tangisan langit yang bertubi-tubi

Tenggelamkan harapan pada binar sebelum magrib menjemput lagi

Mungkin tegesa-gesa membawa pulang cahaya dari balik kembang-kembang gelisah

Barangkali ini yang dinamakan jihad seorang perempuan

Ketika berdiskusi dengan jabang, tabung nafas pecah semerawutan

entah kantung apa lagi yang menampung udara

untuk melepaskan nyawa atau selamat sama-sama

2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar