Aku adalah usiamu ketika benih ditanam
Tentu sudah matang untuk dipanen, sekarang.
Tidak perlu siakan ludah yang hampir habis diminum sendiri
Sebab air-air yang tersisa dalam tubuhmu
Adalah mineral untuk perjamuan antara ruh dengan maut pada sembarang waktu
Sudahlah, tidak perlu memupuk lagi
Pada tanaman yang sudah mampu tumbuh sendiri
Begini saja, basahkanlah empang-empang yang masih kering
Menjadi kolam-kolam Ilahi untukmu nanti
Agar helaan yang kini tuberculosis
Tidak tersendat ketika tabung busung sebagai gelembung kosong : mati.
Engkau memang bukan pemuka agama
Yang pernah mengajariku tentang mengangkat tangan
Atau berlutut menuju kiblat
Tetapi bukan berarti ceramah-ceramah semenjak bahasaku adalah air mata
Tidak mengendap ketika pujian-pujian Tuhan dialirkan melalui
Sungai-sungai gendang.
Aku adalah padi yang menunduk
Aku adalah langit yang membiru di hati
Aku adalah telaga untuk penawar dahaga
Bapak,
lengkung langit, bulan, bintang, dan samudera
Adalah do’a mawar dan melati yang membalut kuburmu!
2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar