Senin, 30 Mei 2011

Mendidik Siswa SD Menulis dengan Teknik Jurnalistik

<!--[if gte mso 9]> Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4


Oleh : D. Dudu Abdul Rahman, S. Pd.

Tujuan pendidikan kurikulum sekolah dasar adalah membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia; meningkatkan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajiban dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta meningkatkan kualitas dirinya sebagai manusia; mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif, dan mandiri. Tujuan pendidikan tersebut merupakan tanggung jawab guru di kelas. Meningkatkan ketiga aspek di atas dapat dilakukan dengan melaksanakan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM).

Termasuk menguasai salahsatu aspek bahasa, yakni menulis, merupakan kompetensi yang harus dicapai siswa. Menulis merupakan salahsatu aspek bahasa yang harus dikuasai siswa, sesuai kompetensi dasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006. Kemampuan menulis siswa masih kurang berkembang. Namun dapat diasah jika menguasai aspek bahasa lainnya. Artinya, aspek menyimak, membaca, dan mewicara atau berbicara harus menunjang.

Rangkaian keterampilan berbahasa diawali dengan aspek-aspek; menyimak dan membaca (reseptif), kemudian mewicara atau berbicara dan menulis (produktif). Menyimak dan membaca merupakan kemampuan siswa dalam menangkap atau menerima suatu pesan atau wacana yang ditransformasikan media manusia (guru), alam, dan teknologi untuk diendapkan dalam pikiran. Sementara, berbicara dan menulis merupakan kemampuan berbahasa siswa dalam menghasilkan (produktif) wacana dari endapan hasil menyimak dan membaca (reseptif). Sehingga keterampilan menulis, dapat mereka kuasai setelah melewati aspek-aspek tadi. Artinya, kemampuan menulis saling berkaitan dengan aspek-aspek bahasa lainnya. Sesuai tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006, siswa diharapkan mampu menulis. Salahsatu tindakan peningkatan keterampilan menulis, dapat dilakukan dengan menggunakan teknik jurnalistik. Dengan teknik jurnalistik, siswa belajar menulis dengan kegiatan jurnalisme, seperti wartawan. Artinya, mereka harus membaca dan menyimak fenomena dan peristiwa di sekitarnya sebagai bahan (data) tulisan.

Kajian Pustaka

1. Menulis

Menulis merupakan salahsatu aspek bahasa Indonesia yang harus dikuasai siswa. Ditegaskan kompetensi dasar KTSP 2006, yakni menuliskan/mencatat informasi yang diperoleh dari berbagai media dan lingkungan dengan bahasa yang runtut, baik dan benar. Yang indikatornya dapat dispesifikasi oleh guru; menulis/mencatat hal-hal yang penting dari informasi yang diperoleh dari berbagai media atau lingkungan. Artinya, siswa dituntut menguasai salahsatu aspek bahasa, yaitu menulis dari berbagai peristiwa dan fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya.

Menurut Saeful Badar, menulis adalah menulis. Menulis dilakukan setelah membaca. Kita tidak mungkin mampu menulis tanpa mampu membaca. Membaca tidak berupa teks saja, tapi fenomena atau peristiwa yang terjadi di sekitar kita, (D. Dudu AR : 2010).

Sementara, Menulis yang dipandang sebagai kegiatan seseorang menempatkan sesuatu pada sebuah dimensi ruang kosong adalah salah satu kemampuan seseorang dalam menggunakan bahasa tulis. Kemampuan menulis itu tidaklah berdiri sendiri, melainkan saling berhubungan dengan kemampuan lain (menyimak, mewicara, dan membaca), (Dra. Novi Resmini, M. Pd., dkk : 2006).

Dan, menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafolegi, struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak, serta teratur, ( Prof. DR. Henry Guntur Tarigan : 2008).

2. Berita

Apakah berita itu? Berita memiliki wujud dan nama bermacam-macam sesuai dengan situasi penyampaian dan jenis isinya. Ada yang dinamakan cerita, pidato, khotbah, kampanye, mengajar, ceramah, dll. Lebih khusus berita dapat dikatakan seperti yang sering disajikan dalam koran, majalah berita, radio, dan televisi. Semua berita itu menyangkut kejadian yang berlangsung di sekitar kita. Berita ialah cerita atau laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang faktual, baru, dan luar biasa sifatnya. Artinya, berita merupakan fakta yang disampaikan kepada orang lain baik secara tertulis atau dibacakan, (Prof. Drs. M. Atar Semi: 1995).

Kriteria atau ciri penanda kejadian yang dapat dinilai sebagai berita adalah sebagai berikut:

1) Kejadian itu merupakan suatu fakta
2) Kejadian itu baru
3) Luar biasa
4) Penting dan ternama
5) Skandal dan persengketaan
6) Dalam lingkungan sendiri
7) Sesuai dengan minat dan selera konsumen berita

Medium

Wujud medium berita, pada umumnya topik berita itu disekitar : (1) diri orang, seperti cetusan perasaannya, cita-citanya, gagasannya, dan imajinasinya; (2) pengalaman manusia, baik berupa pengalaman si pemberita maupun pengalaman orang lain yang diketahuinya; (3) lingkungan alam sekitar dan seluruh isi jagat raya.

Sumber

Berita dapat diperoleh jika sumber itu ada. Sumber berita dibagi menjadi dua bagian, yaitu sumber resmi dan sumber tidak resmi. Sumber resmi berasal dari para pejabat, biasanya berita dari mereka sangat banyak; tentang koruptor, perkantoran, dan pemerintahan. Sedangkan sumber tidak resmi diperoleh dari masyarakat, tokoh masyarakat, para peneliti, teknisi, dan para ilmuwan, termasuk berita yang menyangkut suatu tempat yang tidak terduga; kecelakaan, perampokan, bencana alam, dan lain-lain.

Perencanaan dan Pengelolaan

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan penulisan berita, yaitu : (1) penetapan tujuan yang hendak dicapai; (2) menetapkan dan mempelajari serta memahami khalayak yang akan menerima berita; (3) mengorganisasikan gagasan; (4) menetapkan topik dan judul; (5) memutuskan tentang isi; (6) mempertimbangkan proses penerbitan; (7) bekerja dengan batas waktu (deadlines); (8) mempertimbangkan masalah penerbitan.

Pengorganisasian

Organisasi dasar suatu wawancara terdiri dari tiga fase, yaitu : (1) fase pendahuluan, (2) fase tanya jawab, dan (3) fase penutup.

1. Fase pendahuluan dalam suatu wawancara dapat pula dibagi atas tiga bagian, yaitu :
a. penciptaan suasana
b. orientasi
c. Motivasi

2. Fase tanya jawab, merupakan jantung suatu wawancara.

3. Fase penutup, Kadang-kadang pada bagian penutup ini digunakan untuk berbincang-bincang tentang sesuatu yang lain atau digunakan untuk memberikan kesempatan orang yang diwawancara mengajukan pertanyaan.

Penyusunan Pertanyaan
Kelancaran suatu wawancara sangat tergantung pada bagaimana persiapan dan kesiapan pewawancara dengan pertanyaan yang hendak diajukan. Pertanyaan yang diajukan dalam wawancara terdiri dari berbagai bentuk,

1. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang menghendaki jawaban yang luas dan bebas.

2. Pertanyaan hipotetik terbuka, hampir sama gayanya dengan pertanyaan terbuka yang membedakannya hanya struktur pertanyaan itu sendiri.

3. Pertanyaan langsung yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban singkat, dan kadang-kadang dapat dijawab dengan “ya” atau “tidak”.

4. Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang membatasi ruang gerak penjawab, bahkan kemungkinan jawaban telah tersedia.

5. Pertanyaan beban adalah pertanyaan yang menimbulkan beban berat bagi penjawab, disebabkan tidak ada jawaban yang benar, tetapi menuntut jawaban emosional.

6. Pertanyaan terpimpin merupakan pertanyaan yang diikuti dengan arahan jawaban.

7. Pertanyaan orang ketiga adalah pertanyaan yang isinya diajukan seolah-olah merupakan pertanyaan yang datang dari orang ketiga, dan jawabannya pun sepertinya untuk orang ketiga.

Saran
Saran yang harus diperhatikan selama melakukan wawancara adalah sebagai berikut.

1. Jadilah pemerhati yang cermat
2. Pahamilah dengan cermat gagasan yang disampaikan
3. Mengajukan pertanyaan susulan sebagai cara untuk memperoleh penjelasan

Beberapa hal di atas, setidaknya memberi petunjuk bagi santri-santri Pesantren Media untuk diaplikasikan dan diimplementasikan dalam kegiatan hunting berita. Terimakasih.

3. Teknik Jurnalistik

Teknik Pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama, (Akhmad Sudrajat : 2008).

Jurnalistik atau Jurnalisme berasal dari kata journal, artinya catatan harian, atau catatan mengenai kejadian sehari-hari, atau bisa juga berarti suratkabar. Journal berasal dari perkataan latin diurnalis, yaitu orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik (Wikipedia.org).

Secara etimologis, jurnalistik dapat diartikan sebagai suatu karya seni dalam hal membuat catatan tentang peristiwa sehari-hari. Karya seni dimaksud memiliki nilai keindahan yang dapat menarik perhatian khalayaknya (pembaca, pendengar, pemirsa), sehingga dapat dinikmati dan dimanfaatkan untuk keperluan hidupnya, (Drs. Asnawin : 2008). Jadi, jurnalisme merupakan catatan kejadian atau peristiwa sehari-hari baik yang disampaikan secara tertulis atau dibacakan.

Berdasarkan latar belakang di atas, meningkatkan keterampilan menulis berita dengan menggunakan teknik jurnalistik akan memberi pengaruh meningkatkan keterampilan siswa menulis berita. Tinggal guru mampu mengelola pembelajaran yang mengacu pada kurikulum dan inovasi yang diharapkan. Salahsatu inovasi pembelajaran menulis berita dengan menggunakan teknik jurnalistik.

Kegiatan Pembelajaran


Kegiatan diawali dengan memberikan stimulus kepada siswa, mengingat dan membahas materi jurnalisme. Kemudian, mengajak siswa berdiskusi tentang kalimat berita yang mereka ketahui. Sekedar mengingatkan siswa, media cetak/koran lokal bisa dipersiapkan sebagai sumber pembelajaran. Mengajak siswa menela’ah hasil tulisan yang terpampang di media cetak tersebut. Hal ini dilakukan sebagai langkah awal mengenalkan siswa kepada kalimat-kalimat berita yang sering “diabaikan” oleh mereka.

Kita pun bisa mengajukan pertanyaan kepada mereka seputar tulisan yang ada dalam media cetak tadi, misalkan;


”Siapakah orang yang ada di dalam foto?”

”Kejadian apa yang kalian baca?” Dst.


Cara analisis di atas, siswa diasah memiliki kemampuan identifikasi jurnalistik. Artinya, siswa memiliki kemampuan tela’ah dalam membaca literasi maupun peristiwa. Hal ini, tidak jauh berbeda dengan kegiatan sehari-hari wartawan dalam mencari suatu peristiwa di lingkungan masyarakat sebagai bahan pemberitaan. Melalui langkah identifikasi tokoh atau masalah sebagai bahan berita adalah tindakan jurnalis.


Setelah kegiatan tanya jawab dilakukan, siswa diperintahkan untuk menceritakan pengalaman untuk kemudian dituliskan. Agar mulai membiasakan menulis fenomena atau peristiwa yang dialami sebagai bahan tulisan (berita yang ingin disampaikan dari pengalamannya). Sebagai selingan, kita ceritakan tentang surat kabar; memiliki pengurus yang peranannya sangat penting bagi keberlangsungan media (cetak) itu sendiri. Lalu jelaskan peranan pengurus surat kabar, yang diantaranya : Komisaris (pemilik surat kabar), pimpinan redaksi (membawahi redaktur-redaktur), redaktur (membawahi reporter-reporter), dan terakhir reporter yang mencari berita di lapangan.


Setelah penjelasan rinci di atas, diharapkan siswa mulai paham tentang perjalanan suatu berita sampai dimuat di surat kabar. Mereka pun diajak melakukan kegiatan seperti yang telah dijelaskan di atas. Setiap kelompok, siswa diberi tugas; pimpinan redaksi, redaktur dan siswa lainnya diposisikan sebagai reporter.


Kemudian, guru mengondisikan siswa melaksanakan tugas sesuai dengan kapasitas mereka, layaknya bekerja di suatu harian umum surat kabar. Dalam simulasi tersebut; pemred, memimpin rapat bersama redaktur-redaktur. Kemudian redaktur-redaktur memberikan perintah kepada reporter-reporter. Jika waktu terbatas, kegiatan dilangsungkan secara berkesinambungan, sesuai jadwal kegiatan ekstrakurikuler.

Hasil dari kegiatan ini, siswa dimotivasi untuk mengelola majalah dinding sebagai tindak lanjut. Agar dalam perjalanannya, siswa memiliki ruang ekspresi dalam menciptakan karya jurnalistik ataupun karya tulis lainnya; terutama menumbuhkembangkan minat menulis anak. Jika didukung oleh segenap stakeholder di lingkungan sekolah, sebagai upaya mewujudkan Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif dan Menyenangkan (PAIKEM); siswa akan merasa betah, senang dan antusias dalam proses pembelajaran. Kegiatan ini akan menjadi salah satu wadah bagi siswa dalam mengembangkan bakat dan minat menulis dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang notabene “tidak diminati”.


Sebagai pendidik, saya menyarankan rekan-rekan guru lainnya untuk mengembangkan kegiatan ini. Agar sikap reflektif – kepedulian membaca peristiwa dan lingkungan – siswa menjadi salah satu motivasi dalam menumbuhkan sikap sosial dan memberikan pengalaman belajar yang langsung diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.


Tidak bisa dipungkiri, kegiatan jurnalisme akan dicintai siswa-siswi sebagai pembelajaran yang aplikatif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Terutama meningkatkan 4 aspek keterampilan berbahasa anak; menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Bagaimana tidak? Pola pikir mereka akan semakin kritis-dinamis dalam pembelajaran, karena diberi pengalaman belajar yang menghubungkan lingkungan dengan materi. Kegiatan jurnalistik ini, bukan semata-mata membentuk para siswa untuk menjadi seorang wartawan, tetapi men-stimulus mereka untuk meningkatkan keterampilan menulis. Sebab, dengan menulis, siswa dituntut untuk selalu berpikir dari daya simak-baca terhadap peristiwa di sekitarnya untuk direnungkan kemudian dituangkan ke dalam tulisan.

Daftar Pustaka/ Rujukan

Abdul Rahman, S. Pd., Dede Dudu. 2010. Geliat Menulis Esai Kritik Sastra di Tasikmalaya. Edisi Sabtu, 18 Sept. Cirebon. HU Kabar Cirebon.

Akhmad Sudrajat. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran.

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran/ [23 Februari 2010]

Drs. Asnawin. 2008. Pengertian dan Sejarah Jurnalistik. http://pedomanrakyat.blogspot.com/2008/05/pengertian-dan-sejarah-jurnalistik.html [20 Oktober 2010]

Guntur Tarigan, Prof. DR. Henry.2008. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Edisi Revisi. Bandung. Angkasa Group.

Kasbolah, Kasihani. 1998. Diary Pustakawan . http://cahjogjaasli.multiply.com/notes/item/62 [ 23 Februari 2011].

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24. 2006. Pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan 23 Th. 2006. mmursyidpw.files.wordpress.com/.../permendiknas_no24_2006_ttg_pelaksanaanpermenno22.pdf [23 Februari 2011]

Permanasari, M. Si, Prof. Dr. Anna. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Materi Workshop Pendidikan Tingkat Nasional. Tasikmalaya. Hero’z Event Organizor.

Hermawan, M.Ed, Drs. Ruswandi. Prosedur Pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Modul 7. www.linkpdf.com/download/3-dl/revisi-bbm7-.pdf [23 Februari 2011]

Resmini M. Pd, Dra. Novi, dkk. 2006. Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Edisi Kesatu. Bandung. UPI PRESS.

Semi, Prof. Drs. M. Atar. 1995. Teknik Penulisan Berita, Features, dan Artikel. Cetakan Pertama. Bandung. Mugantara.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar