Tengah hari, ketika matahari angkuh merengkuh tubuh
Awan berkhianat kepada langit, seraya meneriaki bumi
yang tergopoh tanpa kawan penyangga badan; rapuh.
Aku terlanjur kuyup di panas hari, demi kamu yang bersemayam
di tengah gelisah
di himpit ruang
dan segah angan
Wahai perindu
aku guyur tunggumu
dengan pengorbanan.
Setengah malam datang
engkau pun terngiang rayuan
percumbuan di Jum'at Agung
deras hilir keringat
terasa menciprat
ke firasatku
Aku tergugah
untuk membasuh muka
lalu kupersembahkan
kidung Tuhan di seperempat bulan
meskipun berupa semburat
semoga engkau terbenam
dalam tenang
Kutulis semata untukmu
yang merintih di buaian dekap
dariku yang merupa kelangkang pelukan
Tasikmalaya, 25 April 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar