Kamis, 27 Mei 2010

Ruh Biru Bahasa Jelata

Oleh : D. Dudu A. R.

Aku lapar, karena engkau terlalu rakus bapak!
Aku pinjam gendangmu, berisikkah isi perutku?
Jangan heran bila seribu aku membabi buta
Di persimpangan, atau di depan istana

Nanar ini merajalela di kepala bangsa jelata
Apakah kau menutup mata?
Banyak kebijakan membunuh merdeka kita
Lihat warung pinggir jalan! ladangku dileburkan

Menjadi suluh-suluh berantakan
Engkau tega, tanpa cicipi makan basiku
Menumu yang mahal tak kami harapkan
Mungkin benar, perangaimu lembut di layar saja

Aku tak ingin semua rayuan wacana
Aku hanya ingin sepuluhsuap nasi, bukan aking
Tidakkah ini terlalu runcing untuk kusebut kau bajing?
Ya, aku perhalus untukmu yang masih kuhormati

Bagaimana dengan engkau?
Apakah pagimu sama denganku yang menggigil?
Tentu selimut wol eropa, menghangatkan dinginmu
Kelu bibir ini, bertahun-tahun selalu tersumpal dusta


Tubuhku makin renta, padahal masih muda
Otakku makin berkarat, menumpul dari sehat


Tolong. Bapak-bapak yang sedang duduk enak
Buatkan aku secangkir kopi yang nikmat!



Tasikmalaya, 18 Februari 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar