Karya : D. Dudu Abdul Rahman
Baru terasa bila raga ini jauh
Dari wujud lusuh yang pasti kurindu
Kelangkang parasmu mencabik kalbu berhias sesal
Menggelayut di hati terbalut debar
Namun bila aku dekat
Aku selalu siakan waktu
Menaburkan bunga mawar nan melati
di tangkai jiwamu yang rapuh
Sebenarnya aku pemujamu
Walaupun perangaiku tak seperti itu
Membalas kebaikan-kebaikan tulus
Terangkai nasihat indah nan bijaksana
Ibu, tak pernah kuusap cucuran keringatmu
Yang kau persembahkan untuk jiwa lazuardimu tersayang
Tak pernah pula aku lupa riwayat Hasan dan Husein
yang biasa kau ceritakan untuk mengantarku terbang ke arasy
Aku memang bukan cucu dan putera dari puteri Nabi
Yang s’lalu memperlihatkan keindahan tutur dan berbakti
Namun, aku juga bukan kan’an putera Nuh
Yang s’lalu membangkang bila diperingati
Ibu, Ibu, Ibu,
Kemuliaanmu menundukkan kepalaku
Karena, Tuhan saja menyebutmu tiga kali
Hanya kau yang bisa menempatkanku di bukit tinggi
Hanya kau restu paruku
Hanya kau yang mampu membebaskanku
Dari rantai ranting zaqqum yang panas membara
Dari lubuk hati yang paling dalam
Izinkanlah tangan ini menyentuh ranum telapak jembatan pulang
Agar aku selamat dari cengkram jahanam
Semoga senyummu mekar, meski lantun do'a persembahanku
Hanya untuk mendapatkan ampun-ridhomu
Dari setiap laku buruk yang pernah kulakukan
Aku rela menjadi telaga, tatkala letihmu menganga
Itupun tak sebanding, dengan darahmu yang melanting ke langit
untuk menjadikanku seperti mutiara idamanmu.
Damailah jiwa kekasih Tuhan, aku tunduk agar engkau tenang.
@ Cirebon, 14 Juni 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar